Jarak
September 13, 2017
Sejak sore tadi, saat aku melihatmu pergi jauh dari
jangkauanku, saat itu aku menyadari bahwa ternyata aku telah membenci sesuatu.
Aku membenci jarak, ia membuatmu jauh dariku.
Kata orang, selayaknya sebuah jeda, jarak itu harus ada.
Tanpa jarak, sebuah kalimat juga takkan terbaca dengan mudah.
Tapi tidak begitu bagiku. Jarak membuat rinduku yang awalnya
biasa-biasa saja, terasa menyesakkan karena menemuimu menjadi tak semudah dulu.
Jarak membuat senyummu yang awalnya selalu bisa kunikmati, jadi hanya tertulis
menjadi titik dua dan tutup kurung seperti ini :)
Sejak sore tadi, aku menyadari bahwa daripada melihatmu
pergi, lebih baik aku menunggumu kembali. Karena pergi membuatmu jauh. Tapi
dengan menunggumu kembali, kau yang mendekat padaku menjadi hal yang pasti.
Berkat jarak ini, kekhawatiranku semakin menjadi-jadi. Iya,
aku mengerti, aku harus mempercayaimu, tapi kenyataannya tak bisa semudah itu.
Entah karena kita yang telah terbiasa bersama, entah karena aku yang terlalu
cinta, tapi sungguh, jarak ini begitu menyiksa.
Aku terus menulis rindu berkali-kali, tetap tak bisa
membuatmu di sini.
Aku terus mengeluh ingin bertemu, tetap tak bisa memangkas
tiap kilometer yang memisahkan kamu denganku.
Rindu ini tak semestinya kuhabiskan sendiri, kemarin aku
masih memilikimu untuk berbagi, tapi kini tidak lagi, setelah kau pergi. Setelah
kita menjadi dua orang dengan urusan masing-masing.
Apa kau tau apa yang membuatku menjadi tidak menyukai jarak?
Aku khawatir, kau menjadi terbiasa tanpaku. Sedangkan aku? Aku sama
sekali tidak pernah memikirkan itu akan terjadi suatu saat nanti. Aku cemas kau
akan mulai menganggap dirimu menjadi seperti seorang diri, seperti tak pernah
ada orang yang menunggu untuk kau kembali.
Tapi biarlah.
Kamu kembali atau tidak, itu urusan nanti.
Untuk saat ini,
Biar saja ada ratusan kilometer di tengah kita, biar pun ini
masih akan berlangsung untuk waktu yang lama, aku tak apa selama kamu masih
ada.
Selama hatimu masih untukku, selama itu masih benar-benar
untukku, akan aku tunggu.
Hingga tak ada lagi kilometer yang berani merenggangkan kita.
0 komentar