Kita ini apa?
Kita ini bagaimana?
Terlalu jauh untuk menjadi dekat. Terlalu dekat tapi tak punya tempat.
Kita ini saling menemukan tapi tak punya nyali untuk memulai. Mengumpulkan banyak kata tapi tak tahu bagaimana cara merangkai. Kita berdua ini pengecut; ingin disatukan semesta, tapi langkah pertama untuk mendekat pun tak ada.
Apa jangan-jangan kita hanya sebatas jiwa yang ingin berdua?
Apa kita ini kesalahan yang dipaksa?
Apakah kita hanya dua hati yang berbunga-bunga? Yang lalu akan layu begitu saja?
Ataukah memang selama ini semua hanya pementasan sebuah drama?
Aku bertaruh, saat ini kau sedang merindukanku, tapi kau tak tahu bagaimana cara untuk mengaku. Karena tanpa kausetujui, aku pun merindukanmu setiap hari. Ingin semua yang kita bicarakan sejak dulu menjadi obrolan nyata. Semuanya jelas, di hadapan mata. Di tengah-tengah kau dan aku, di tengah sumpah kita yang terlalu ingin menyatu.
Tapi tunggu dulu, biar kutanya kau sesuatu. Atas kedekatan ini, adakah ternyata sebuah ego yang diam-diam telah dikesampingkan?
Atas nama kesungguhan hati, adakah mungkin kepercayaan lain yang telah dikorbankan?
Sudah benarkah kalau aku bilang kita sama-sama terjerat dalam kenyamanan?
Karena tak peduli seberapa pun kerasnya aku menentang, kamu tetaplah satu-satunya yang aku inginkan.
Lalu bisakah kau terus di sini bahkan saat keadaan mendorongmu pergi?
Bolehkah kita terus berdua walau tak bersama?
Adilkah pada yang lainnya saat kuminta dunia hanya milik kita saja?
Bisakah kau menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang entah di mana ujungnya?
***
Balasannya, "Sedang Kuusahakan", dari Kak Menda (@fermendkis). Baca saja. Mana tahu mendapat kejelasan atas pertanyaanmu.
Kita ini bagaimana?
Terlalu jauh untuk menjadi dekat. Terlalu dekat tapi tak punya tempat.
Kita ini saling menemukan tapi tak punya nyali untuk memulai. Mengumpulkan banyak kata tapi tak tahu bagaimana cara merangkai. Kita berdua ini pengecut; ingin disatukan semesta, tapi langkah pertama untuk mendekat pun tak ada.
Apa jangan-jangan kita hanya sebatas jiwa yang ingin berdua?
Apa kita ini kesalahan yang dipaksa?
Apakah kita hanya dua hati yang berbunga-bunga? Yang lalu akan layu begitu saja?
Ataukah memang selama ini semua hanya pementasan sebuah drama?
Aku bertaruh, saat ini kau sedang merindukanku, tapi kau tak tahu bagaimana cara untuk mengaku. Karena tanpa kausetujui, aku pun merindukanmu setiap hari. Ingin semua yang kita bicarakan sejak dulu menjadi obrolan nyata. Semuanya jelas, di hadapan mata. Di tengah-tengah kau dan aku, di tengah sumpah kita yang terlalu ingin menyatu.
Tapi tunggu dulu, biar kutanya kau sesuatu. Atas kedekatan ini, adakah ternyata sebuah ego yang diam-diam telah dikesampingkan?
Atas nama kesungguhan hati, adakah mungkin kepercayaan lain yang telah dikorbankan?
Sudah benarkah kalau aku bilang kita sama-sama terjerat dalam kenyamanan?
Karena tak peduli seberapa pun kerasnya aku menentang, kamu tetaplah satu-satunya yang aku inginkan.
Lalu bisakah kau terus di sini bahkan saat keadaan mendorongmu pergi?
Bolehkah kita terus berdua walau tak bersama?
Adilkah pada yang lainnya saat kuminta dunia hanya milik kita saja?
Bisakah kau menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang entah di mana ujungnya?
***
Balasannya, "Sedang Kuusahakan", dari Kak Menda (@fermendkis). Baca saja. Mana tahu mendapat kejelasan atas pertanyaanmu.