Belakangan mataku terasa lama hangatnya, jadi aku lebih banyak terpejam. Aku telah memilih untuk membenamkan napasku di dalam bantal, beberapa malam. Bagaimana mungkin aku tidak sempoyongan berjalan kembali, saat dunia telah menyayatku dengan penantian, berkali-kali.
Ini mungkin telah bisa kamu tebak ke mana arahnya. Ya… ke mana lagi, kalau bukan pada amukan kecil di ujung-ujung jari, tempat kamu biasa menemukan dirimu terpajang di tepi ratusan kata.
Aku tidak punya lagi kerling mata untuk menggodamu. Kamu tidak akan terayu lagi denganku, aku ingat itu. Semua kalimat yang kudengar tegas darimu, masih memojokkanku kuat. Kosong dayaku bahkan untuk mencari pertolongan dari cinta orang lain.
Aku telah menangis dan menghabiskan banyak dari waktuku untuk ini.
Kita memang tidak bisa memaafkan kita. Banyak dari kita yang tidak bisa terampuni.
Tapi kalaupun adanya memang begitu, mau bagaimana lagi? Akan kubiarkan dunia melepas kita pelan-pelan. Sampai aku bernapas lagi walau tidak pada bibir yang menyatu denganmu.
Biar saja jika perlu jutaan tahun. Miliaran hari pun tak kan lebih lama dari selamanya.
Aku tetap akan lepas darimu juga, pada waktunya.