Terinspirasi dari perempuan pencinta senja, kopi, dan
laki-laki yang sudah kukenal sejak lima tahun lalu. Aku pernah bertanya kenapa
dia begitu menyukai senja, kopi, dan laki-laki.
Katanya, dia belajar menunggu dari senja, dia belajar
sabar dari senja, dia belajar bersyukur dan bahagia pun dari senja. Dia sudah
tau ini dari awal, “Senja itu datangnya lama, dia hanya datang dan memberi
kesan, kemudian hilang. Tapi selalu ingat besok akan kembali.” Selalu ada
cerita yang berbeda dari masing-masing senja setiap harinya. Mungkin hari ini
kopi terasa begitu manis, mungkin kemarin ada laki-laki yang mempesonakannya. Mungkin
besok dia akan merindukan laki-laki dengan lesung pipit seperti biasanya. Selalu
akan diceritakannya kepada senja.
Senja selalu datang untuk menyapa dan menenangkan,
senja selalu mengangkat dua ujung bibir bersamaan, senja selalu tau bagaimana
mendengarkan tanpa banyak alasan. Itu yang aku suka dari senja. Keindahan yang tidak
pernah berlangsung lama. Keanggunan sebentar yang dititipkan semesta. Tapi bukankah
sudah jelas, bahwa apapun yang indah tidak akan berumur panjang?
Bunga yang indah akan dipetik terlebih dahulu. Kembang api
pun tidak perlu ditanyakan lagi. Karena di semesta memang seperti itu. Semua ada
waktu dan porsinya sendiri-sendiri. Kesedihan dan kebahagiaan akan berjalan
bergantian. Mereka tidak punya hak penuh untuk seterusnya ada. Itulah alasan
kenapa senja datang sebentar kemudian pergi menghilang untuk kembali lagi esok
hari. Dia terlalu indah untuk dibiarkan menetap terlalu lama. Karena akan ada
banyak rindu yang ditumpahkan tidak pada tempatnya.
Biar kopi saja yang tumpah, rinduku jangan. Karena kopi
hanya butuh cerita, tapi rinduku butuh pertemuan. Tapi kopiku dan kamu sama. Sama-sama
manis dengan caranya bahkan ketika orang lain tidak sepaham denganku. Kalian
sama, sama-sama mengesankanku.
Kemudian aku pun menyukai kamu seperti senja. Karena
senyummu adalah tenang. Karena sampingmu adalah pulang dari segala rindu.
Karena pergimu pasti kembali padaku. Sejauh apapun itu, selama apapun, kamu
akan kembali, ke peraduan. Ke pelukku.