Semenjak dia
mengenalkanku dengan kamu, aku tau aku akan menyukaimu secepatnya. Karena tidak
seperti yang lain, kamu memberiku harapan-harapan yang berbeda. Menarikku ke
atas dengan penuh tawa, kemudian kau ulur aku serendah-rendahnya. Aku telah
mengerti ini akan sulit. Ini membutuhkan waktu, hingga kemudian kamu
menyadarkanku tentang kita yang tak mungkin menyatu. Lalu kemudian aku takut,
khawatir akan semua yang telah kuupayakan menjadi sia-sia. Semua tulisanku
mungkin akan percuma. Doa-doa yang kupanjatkan mungkin tidak disetujui semesta.
Mungkin pula, kamu masih belum bisa melepaskan senyum seseorang yang lama. Hingga
aku berani meyakinkan diriku bahwa kita hanya akan berhenti di ‘teman’ saja.
Empat bulan,
enam bulan, tujuh bulan. Kamu masih menjadi malu, khawatir mungkin perasaanku
yang kuteriakkan ini hanya sebuah ketertarikan karena aku terlalu nyaman dengan
tatapanmu. Hingga bulan ke-delapan kamu mulai sadar, ini adalah waktu yang
panjang untuk hanya sebuah ketertarikan. Kemudian kamu mulai memberanikan
dirimu dalam penantianku. Mulai mendatangiku dan berkata rindu. Mulai membangunkanku
dan berbisik ini tidak lagi semu. Kita mulai tertawa bersama, aku tidak lagi
tertawa sendiri di depanmu seperti dulu.
Waktuku
berjalan begitu cepat denganmu, padahal belum semua isi dunia kita
perbincangkan.
Aku telah tiba
di waktu harus mengatakan semuanya padamu.
Ini sudah
bukan waktu yang “terlalu cepat”.
Aku menyukaimu
dari caramu membuatku tertawa.
Aku menyukaimu
dari caramu membuat keadaan seolah hanya aku yang gila.
Aku menyukaimu
dengan caramu menciptakan pertemuan pertama kita.
Aku menyukaimu
dari selamat pagi dan malammu.
Aku menyukaimu
dari argumen-argumen yang kita debatkan.
Aku menyukaimu
dari caramu bercerita.
Aku menyukaimu
dari caramu ingin tau.
Aku menyukaimu
karena kamu tidak pernah membicarakan masa lalu lebih dulu.
Aku menyukaimu
dari caramu menatapku.
Aku menyukaimu
dari caramu melangkah mendahuluiku, seolah-olah kamu sedang memimpinku.
Aku menyukaimu
dari caramu memberiku semangat, rasanya ingin setiap hari saja aku mengeluh.
Aku menyukaimu
karena kamu memiliki banyak sekali cara untuk memaafkan salahku.
Aku menyukaimu
dengan caramu menutupi cemburumu.
Aku menyukaimu
dengan caramu menerima.
Aku menyukaimu
dengan caramu bertanggung jawab pada amanah.
Aku menyukaimu
sebelum dan setelah kamu tersenyum.
Aku menyukaimu
dengan caramu memperhatikanku, kau lakukan itu diam-diam tapi aku tau.
Aku menyukaimu
dari caramu rindu.
Aku menyukaimu
dari caramu tertawa bersama orang tuaku.
Aku menyukaimu
, aku benar-benar melakukannya. Semoga kamu percaya dengan air mata, karena
mereka tidak bisa aku turut sertakan dalam tulisan ini.
Tapi aku bukan perempuan yang menyukaimu dengan sederet alasan. Aku menyukaimu. Aku hanya melakukannya, sebelum kamu tau alamat rumahku dan menjemputku untuk pertama kalinya.
Kamu sudah
mewarnainya. Kamu sudah melakukannya dengan sempurna. Kita sudah menciptakan
banyak iri dari orang lain. Mudah-mudahan aku sudah cukup baik, untuk kamu
genggam tangannya ke jalan-jalan yang mempunyai lebih banyak warna.