Aku melihatmu lagi di media sosial seorang teman. Canggung rasanya melihatmu begini. Kita seperti bertatapan lagi, padahal aku hanya melihatmu diam tersenyum menghadap kamera. Ini semacam reuni setelah... berapa lama, ya? Aku juga bingung dari mana menghitungnya. Dari hari terakhir bertemu atau dari hari kita saling blokir telepon.
Sesaat setelah foto itu berganti foto lain, aku tidak sengaja menarik diri kembali jauh ke belakang. Ke hari-hari yang dulu kupaksa harus habis denganmu. Yang harus dengan kamu. Yang akan membuat kita jadi bertengkar lagi dan lagi, hanya karena aku selalu ingin denganmu tapi kamu tidak selalu punya waktu. Aku kemudian berpikir saat itu mungkin kamu sangat ingin sekali menyudahi ini. Karena aku selalu haus dan tidak pernah bergantian mengerti.
Lalu sesaat setelahnya, aku sadar bahwa itu adalah ingatan yang lama sekali tidak pernah kurawat. Aku sudah hampir lupa, hampir semuanya.
Patah hati tidak lama mengurungku. Aku memutuskan untuk tidak menjadi gila dengan sengaja. Makanya kupilih menerima ajakan yang lain. Aku cukup senang. Mereka cukup membantuku sembuh.
Kamu tahu aku mungkin akan melihatmu lagi besok?
Kecuali dunia bisa menjadi lebih luas lagi. Sehingga kemungkinan-kemugkinan seperti ini menjadi lebih kecil, dan aku tidak perlu merasakan getaran kecil menyusahkan ini lagi.
Tapi sekarang kamu bahagia? Yang di sampingmu itu, kamu suka dengannya?
Sebab di mataku, kamu terlihat begitu.
Aku ikut senang melihatmu senang. Akhirnya aku juga pernah melihatmu berseri-seri. Semringah seperti sedang sangat menikmati hidup dan hubungan yang kamu jalani.
Kalau tidak ada yang memberi tahumu aku melihat fotomu hari ini, jangan pernah cari tahu. Aku mungkin akan melupakan ini lagi seperti aku melupakanmu kemarin.
Lambat laun semua akan terasa biasa saja.