Aku belum siap. Melihatmu pamit ke luar
rumah untuk menemui nama yang lain, aku tidak pernah siap. Dengan hal-hal baru berjudul
‘kembali beradaptasi’ seperti kemarin. Aku ti— ya memang dari dulu aku tidak pernah berkata
aku mau bersiap-siap!
Kamu sendiri, kan, yang sibuk? Menggali-gali
kesalahan, mencari celah untuk memecahkan, mencari alasan-alasan basi sebagai jembatan
perpisahan. Aku didiamkan.
Apa aku ini masih manusia, atau sudah jadi sebuah keramik hiasan?
Kasihan sekali, aku.
Lulus tanpa predikat membanggakan. Bersanding
cuma dengan ujian-ujian ketidakcocokan, belum pernah merasa serasi seperti kamu
dan dia sekarang.
Kapan-kapan aku juga mau punya seseorang
yang sibuk mencari aku di tengah-tengah keramaian. Ada di sana sejak dari awal, jauh sebelum
aku kenal. Jadi ketika aku mulai mencari, aku sudah ditemukan.
Kan, bukan cuma kamu yang akan bahagia. Bukan cuma aku juga yang begini-begini saja. Dunia kita ini bulat sempurna. Manis tidak cuma di satu sisi, pahit pun begitu juga.
Tapi kuberi tahu sekarang. Nanti, saat kamu sudah sampai pada sisi sebelah
setelah ini, jangan cari aku pakai penyesalan-penyesalan lama. Keramik hiasanmu ini
sudah tidak lagi tersedia.
Tapi sekarang masih belum. Masih cinta.