Dialogue #1: I wish you could have read this before you start loving me.

September 17, 2023

"Apa lagi yang aku nggak tahu?"


"Aku udah cerita semuanya. Ini udah yang paling jujur dan yang paling hati-hati."


"Udah hati-hati pun masih jelek cara jujurnya. Kenapa, sih, Gil, harus ketahuan dulu? Kenapa harus ketahuan aku?"


"Maaf, ya. Maafin aku."


Tiga hari belakangan, Agil banyak mengulang kata maaf. Dan Tia selalu pilih menjawabnya dengan diam. Tia tahu, apa pun tidak akan mengubah perasaan Agil. Termasuk Tia, pacarnya yang telah ia kencani selama dua tahun. Termasuk juga semua pemberian Tia, semua perjalanan mereka berdua, semua makanan yang mereka cicipi dengan satu sendok-garpu, foto-foto lucu, atau bahkan restu dari lingkaran keluarga. Tidak ada yang akan mengubah Agil. Tidak ada yang akan menggantikan Manda di hati Agil. Tidak sampai Agil sendiri yang memutuskan untuk berhenti.


Seperti inilah kiranya bentuk lain dari cinta bertepuk sebelah tangan. Selalu hanya satu yang mati-matian.


"Aku udah berusaha ngedinginin kepala buat ngobrolin ini dengan kamu, kenapa aku masih ngerasa panas, ya?" Tia menepuk-nepuk dadanya. "Apa karena aku tau kamu pasti akan selalu pilih Manda daripada aku, ya?"


Agil lagi-lagi hanya menunduk, memainkan kedua tangannya yang sesekali mengepal. Ia tahu ini juga menyesakkan untuknya tapi ia tidak bisa lari sekarang.


"Gil, kalau kamu nggak pernah sayang aku, kenapa dua tahun kita kemarin rasanya nyata banget? Kenapa kamu malah macarin aku tapi tetep sayang Manda, bukan macarin Manda dan nggak pernah ngasih harapan apa-apa sama aku? Kenapa kita harus sampe sejauh ini?"


"Aku sempet sayang banget sama kamu. Mungkin malah lebih lama dari yang aku dulu rencanain. Semua yang kita jalani kemarin itu aku nggak ada yang pura-pura. Aku bahagia juga. Aku cuman nggak tau gimana caranya biar nggak dateng lagi ke Manda. Aku pikir dengan segera dapet gantinya, ngelupain Manda akan jadi lebih mudah. Ternyata yang ada malah aku nyakitin kamu terlalu banyak."


"Sempet." Tia tersenyum pahit lalu meneguk sisa kopinya. "Mungkin harusnya kita nggak perlu obrolin ini, ya, Gil. Aku sekarang jadi mempertanyakan nilaiku seberapa. Apa yang Manda punya dan nggak ada di aku? Apa yang bikin kamu mau dateng berkali-kali ke sana? Apa yang kurang di sini? Apa yang salah?"


"Kamu nggak salah. Aku yang salah."


"Atau mungkin harusnya aku juga lari ke Riyad. Mungkin harusnya aku nggak pernah nutup akses apa pun dari Riyad ke aku. Mungkin aku nggak harus jaga perasaan kamu, atau hubungan ini. Mungkin harusnya aku nggak perlu bawa kepercayaanku sejauh ini dan nggak perlu tanya sama kamu kenapa kita bisa kayak lupa diri."


Mereka berdua terdiam cukup lama. Tisu yang basah mulai menumpuk di atas meja. Jarum jam terus berputar, kafe sebentar lagi tutup, tapi mereka belum menemukan jawaban yang mereka cari. Satu jawaban memunculkan banyak pertanyaan lain. Tia dan Agil sedang dicekik perasaan paling tidak enak selama mereka bersama.


"Kamu mau pilih aku atau Manda?"


"Aku nggak bisa jawab, Ti, kamu tau itu."


"Kamu harus jawab. Mau nggak mau. Aku benci banget sebenernya dengan obrolan ini. Kita ketemu cuma sebulan sekali, tapi pas ketemu malah ngomongin Manda."


"Aku nggak pernah tega liat kamu nangis, Ti. Liatnya bikin aku sakit. Dan pilih Manda pasti akan nyakitin diriku sendiri karena kamu pasti nangis. Aku nggak bisa. Atau kalau kamu mau kasih aku waktu dan kesempatan lain, kita bisa atur ini lagi sama-sama?"


"Bacot banget, tau, nggak? Kamu sama Manda aja. Atau ajak yang lain, jangan aku. Aku nggak bisa perjuangin kamu sendirian, Gil. Aku tau kamu maunya Manda. Bukan aku dan nggak pernah aku. Harusnya dari awal kamu nggak pernah deketin aku, Gil. Harusnya kamu selesai dulu dengan semua di belakang, baru ajak aku jalan ke depan. Kamu egois banget. Kamu yang berantakan, orang lain yang kamu suruh rapikan. Aku nggak akan bilang makasih untuk semuanya, tapi kita putus aja."

  • Share:

You Might Also Like

13 komentar

  1. Kok kayak baca cerita sendiri :"

    ReplyDelete
  2. Gil gil gila ya kamu 👏👏👏

    ReplyDelete
  3. seperti membaca kisahku, dua taun yang lalu :)

    ReplyDelete
  4. kenapa ini pas bgt sih masssss😭

    ReplyDelete
  5. Pernah diposisi ini, dia yg jahat knp w yg gabisa move on😭

    ReplyDelete
  6. KENAPA RELATE BANGEEETT😩😩😩

    ReplyDelete
  7. emang bole sebacot itu?

    ReplyDelete
  8. kesel banget anjir bacanya. tiati deh lo gil

    ReplyDelete
  9. ini aku gasih mas?☺️

    ReplyDelete
  10. Agil plis pilih satu jangan dua. Dasar ya kamu maruk banget jadi cowo

    ReplyDelete
  11. Nggak abis thinking aku Gil gil

    ReplyDelete
  12. Gil tuh gila ya😭

    ReplyDelete