Sampah
Rangkaian bunga darimu dulu, sudah hampir seperti sampah.
Bunganya jelek, kertasnya berjamur, pitanya tidak berbentuk, debunya tebal. Sesak adanya. Sesak lihatnya.
Harusnya sudah kubuang sejak akhir tahun kemarin. Biar tahun ini aku tak lagi melihat apa-apa yang tidak ingin kulihat.
Tapi bulan keempat sudah berjalan, dan bunga lusuh itu belum juga kusentuh. Entah sudah berapa malam aku tidak lepas. Mungkin ratusan, mungkin lebih. Bunga jelek itu usianya lebih lama dari waktu yang pernah kita sepakati.
Kamu tahu bunga-bunga itu matanya banyak sekali di tengah. Telinganya pun banyak mengelilingi. Aku malu karena mereka menyimpan hal yang tidak pernah ingin kubagi. Bunga-bunga itu melihatku mendebat kenyataan. Mereka mendengarku menyumpahimu.
Seolah selama ini, ketidakjujuranku selalu diawasi.
Tapi entah bagaimana, aku suka kamu menyisakan sesuatu untuk dekat denganku walau berbentuk lusuh, kering, berjamur, dan berdebu. Setidaknya aku menyimpanmu sedikit, walau perasaanku masih bersisa banyak.
Lucu juga, banyak hal tentangmu yang telah mati, tapi aku malah tidak berubah sama sekali.
6 komentar
rasa yang tertinggal, sesak banget emang liat barang yang pernah dia kasih ke kita
ReplyDeleteNaw, kenapa tulisanmu mewakili sekali, selalu sampai ke hatiku!
ReplyDeleteyay mas naww menulis lagiii!
ReplyDeletemas naw, aku jd tambah galau ini:(((
ReplyDeleteia tidak pernah memberi bunga tapi bayangnya selalu memenuhi ruang kamarku.
ReplyDeletekenapa ya, jadi masih ragu maju, krn bunganya masih dikit, dihati
ReplyDelete