aku tetap seorang perempuan
February 16, 2016
Aku ini pencinta yang merindu. Bahkan setelah pertemuan kita
terakhir kali, aku tidak bisa menjadi baik-baik saja setelah itu. Dan yang
terjadi adalah, aku menjadi semakin rindu. Aku menuntut semesta memberi ijin
untuk mempertemukan aku denganmu secepat mungkin yang ia bisa. Semoga tak butuh
sabar yang banyak dan merepotkan untuk menemuimu kembali. Semoga kamu pun
merindu, meski tak mencinta. Sepertiku.
Aku ini pengecut yang sedang mencinta. Tak punya banyak
keberanian untuk mengungkapkan. Membayangkan saja tidak punya nyali. Aku hanya
menulis. Selebihnya aku bergumam sendirian. Sesekali memang aku akan menjerit,
dengan lantang, tapi dalam hati, dan hanya pada Tuhan. Lihat? Aku pengecut,
bukan?
Bukan tak mau memulai, tapi aku ini perempuan. Daripada memintamu
menjadikanku seorang pacar, kenapa tak ku minta saja kau melamarku? Iya ‘kan?
Bukankah itu alasan berlian untuk keberanianku yang sudah mulai karatan? Meski
mungkin kamu sudah tau apa yang sebenarnya ku rasakan; aku tetap bersikeras
pada pendirianku. Jika mungkin aku harus menunggu hingga kamu salah paham dan
pergi, aku akan melakukannya. Sementara itu, biar ku jadikan diriku tetap
sebagai pengecut yang mencinta.
Sekecut apapun itu, aku masih punya dua tangan untuk
mendoakanmu. Aku masih punya bibir untuk menyemangatimu. Aku punya dua mata
untuk menenangkanmu. Aku juga punya hati. Mari sini aku dekatkan kau dengan
dia. Sesekali kamu perlu mengenal apa dan bagaimana ketulusan itu.
Yaa, selama aku masih mencinta, aku mungkin akan terus
berkata tak apa untuk datang dan pergimu yang begitu saja. Selama aku belum
lelah dan menyerah kemudian memintamu enyah, aku benar-benar tak apa.
Tapi, jangan hanya datang untuk menyeka air mata kemudian
tertawa dengan yang lain. Aku juga bisa menciptakan banyak tawa. Silahkan menangis
dipundakku, kemudian tertawa bersamaku. Aku juga ingin menjadi alasan kehidupan
seseorang menjadi berwarna. Seandainya itu adalah kamu, maka bukan hanya
duniamu, duniaku takkan ada lagi warna abu-abu.
Jember, Minggu ke-3 Februari 2016
0 komentar