Keluh
Aku benci dengan kata "mulai". Lebih benci dengan saat-saat sebelum memulai. Hal-hal baru selalu kuanggap menyebalkan karena prosesnya pasti panjang. Padahal aku ingin seluruhnya sesingkat merebus mi instan. Aku benci harus merangkak sebelum berjalan. Aku ingin langsung berlari begitu aku mengepalkan tangan.
Aku benci ketika seluruh keyakinan lenyap tiba-tiba, pergi dariku, lepas dari pelukan doa-doa. Percuma rasanya aku merangkai tekad sebulat-bulatnya.
Aku ingin berhenti khawatir pada takdir yang terus mengalir. Aku ingin berhenti mencari tahu, ingin membunuh tanda tanya baru, ingin berhenti haus akan jawaban. Aku ingin menghapus kata "mengapa" atau "bagaimana bisa". Aku ingin dunia berhenti memakai kata "kapan" setelah membanding-bandingkan. Aku benci dengan perbandingan. Karena salah satu harus terpaksa terlihat kurang agar satunya bisa diunggulkan.
Aku ingin hidup setingkat di bawah Tuhan dan orangtua. Tak ingin ada bos, atasan, ketua, atau penguasa. Iya memang, mereka pun pasti memulai dari anak tangga pertama, persis di tempat ini--tempatku berada. Tapi melihat mereka yang selalu seenaknya sendiri, aku menjadi ingin sering berdoa. Mendoakan mereka berhenti menjadi manusia.
Aku ingin kembali menjadi anak kecil berumur empat tahun, saat orang-orang bahagia melihatku membaca. Pasti bahagia sekali saat itu bisa menyenangkan orang-orang dewasa. Karena setelah aku tahu, tinggal di usia kepala dua benar-benar menguras waktu dan tenaga. Aku hampir selalu dituntut untuk mencari hiburan selain liburan. Apa pun di mana pun, asal aku bisa keluar dari area pekerjaan. Yang menuntut? Tentu diriku sendiri.
Aku butuh teman untuk berbicara, tapi aku benci dengan ekor cerita. Karena selalu ada mulut yang mengikuti. Artinya, aku benci dengan sebuah topik yang merembet ke mana-mana. Mulainya apa, akhirnya apa. Disambung-sambung terus, tak juga jera.
Sampai rasanya seluruh kalimat tentang ekonomi, cinta, politik, janji, dan lain-lainnya, ingin kuberi titik sebesar jagad raya.
Aku ingin kedamaian untuk entah apa yang kini sedang riuh di pangkal hati.
Aku ingin mereka yang datang akan menetap walau tak bersumpah. Kurasa diam bertahan walau tak memberikan apa-apa itu tidak terlalu susah.
Aku ingin melimpahkan maaf untuk diriku sendiri. Salah setitik atau sebelanga, aku ingin segera menganggap itu semua tak pernah terjadi. Aku bosan menganggap diriku adalah penyebab dari tiap-tiap kekacauan. Harus berapa kali aku tersesat dalam pikiran dan kebodohan yang menyesatkan? Bukannya menyelamatkan diri, aku malah terjun ke dalam jurang.
Aku mungkin adalah satu di antara milyaran perempuan yang Tuhan tuntut untuk mengerti. Bebanku harus kunikmati agar tak menyiksa nurani. Aku harus tahu diri, dan tahu arti--apa guna diciptakan pundak dan kaki.
Aku ingin merdeka.
Bebas, tak terkurung dalam nestapa.
Aku ingin berlayar berujung samudra. Pasifik atau pun Hindia, asal lautnya membuat jiwa tenang saat itu juga.
Aku ingin, aku--yang selalu mengeluh ini--tahu, bahwa, anak sekolah saja paham, tugas itu untuk diselesaikan. Mereka tahu, masalah itu untuk dipecahkan. Bukan untuk dikeluhkan dan dituangkan dalam barisan-barisan kemarahan. Aku seperti sedang berperang tapi tak tahu dengan apa dan atas alasan apa. Terus-menerus merasa kalah tapi tak ada pemenangnya.
Sudah. Aku sudah punya banyak keluhan. Yang belum punya hanyalah ampunan. Serta cara untuk berhenti mengeluhkan keadaan.
Benarkah bersyukur adalah satu-satunya jalan?
14 komentar
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePersis. Seperti yang ku alami saat memasuki umur kepala dua. Yha saat ini juga
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJarang sekali baca2 blog, setelah tau blog ini. Makin jatuh cinta..
ReplyDeleteKata katanya mudah dipahami dan jg menusuk dlm jiwa. Naw.. Allah yuftah 'alaikum
aamiin, jazakumullahu khairan. semoga Allah juga memudahkan jalanmu, cantik. *peluk jauh*
DeleteAamiin, terimakasih jg utk doanya Naw
ReplyDeleteNamamu unik aku suka
Bolehkah aku jd penggemar barumu?😃
Mulai baca ,langsung suka, hai kak naw
ReplyDeleteHalo ❤
Deletekak naw superr 😇
ReplyDeleteYang sedang aku alami kak naw :(
ReplyDeleteKeren sekali tulisannya kak :)
ReplyDeleteKeren sekali tulisannya kak :)
ReplyDelete❤️
ReplyDeleteBaru baca langsung suka. Ngena banget kak❤
ReplyDelete