Sejak dulu, tiap kali hatiku dimenangkan seorang laki-laki,
aku selalu diberi kejelasan, tanpa harus meminta.
Selalu jelas bahwa dia milikku dan aku miliknya.
Sama sekali tidak pernah terpikir untuk menjalani sebuah
hubungan tanpa status—yang hanya ada komitmen di dalamnya untuk saling mencinta
dan menjaga. Tanpa penjelasan kepada dunia dua orang ini sedang dalam hubungan
apa.
Lalu kamu meminta masuk dalam hidupku.
Menjadi bagian kecil dalam hatiku.
Seorang laki-laki yang jelas beda sifat, karakter, dan
prinsipnya dengan yang dulu-dulu.
Jatuh cinta yang kali ini, aku juga punya toleransi.
Ketika kamu memintaku sepakat dengan keputusanmu untuk
menjalani hubungan tanpa sebuah status, aku pikir awalnya tidak akan berhasil.
Bagaimana jika suatu saat, dengan tidak adanya status yang
menjaga kita, kau bisa seenaknya menebar pesona pada perempuan-perempuan di
sana?
Bagaimana jika nanti kau menganggapku mudah hanya karena aku
sudah terlanjur cinta?
Aku seragu itu sebelumnya, tapi sekarang kau benar-benar
buktikan bahwa kita bisa menjalaninya.
Tanpa dunia harus tahu, kita tetap dua insan yang saling
mencinta.
Tanpa harus dijelaskan, kita tetap tahu hati ini milik
siapa.
Semua kebahagiaan kita adalah milik kita berdua.
Semua masalah yang ada, pun masalah kita berdua.
Yang harus kita selesaikan, yang harus kita cari jalan
keluarnya.
Tanpa campur tangan dia, ataupun mereka.
Mereka tak perlu mengerti komitmen seperti apa yang kita
jaga.
Karena sejatinya yang kita butuhkan bukan pengakuan dunia.
Tapi rasa cinta yang nyata.
Yang ada bentuknya.
Yang ada buktinya.
Menyayangi setulus-tulusnya.
Memberi tanpa ingin menerima.
Menjaga hati dan kepercayaanmu hingga saat ini, walau dunia
melihatku seperti seorang perempuan yang terus sendiri.
Karena untuk mencintai, aku hanya butuh hatimu untuk
kumiliki, bukan hubungan yang harus terpublikasi.
Aku akan terus berada di titik ini, untuk bersama denganmu. Bahkan
ketika kamu memilih untuk menjalani sebuah hubungan tanpa status denganku.