Surat bulan Juli

July 28, 2016



Semenjak dia mengenalkanku dengan kamu, aku tau aku akan menyukaimu secepatnya. Karena tidak seperti yang lain, kamu memberiku harapan-harapan yang berbeda. Menarikku ke atas dengan penuh tawa, kemudian kau ulur aku serendah-rendahnya. Aku telah mengerti ini akan sulit. Ini membutuhkan waktu, hingga kemudian kamu menyadarkanku tentang kita yang tak mungkin menyatu. Lalu kemudian aku takut, khawatir akan semua yang telah kuupayakan menjadi sia-sia. Semua tulisanku mungkin akan percuma. Doa-doa yang kupanjatkan mungkin tidak disetujui semesta. Mungkin pula, kamu masih belum bisa melepaskan senyum seseorang yang lama. Hingga aku berani meyakinkan diriku bahwa kita hanya akan berhenti di ‘teman’ saja.
Empat bulan, enam bulan, tujuh bulan. Kamu masih menjadi malu, khawatir mungkin perasaanku yang kuteriakkan ini hanya sebuah ketertarikan karena aku terlalu nyaman dengan tatapanmu. Hingga bulan ke-delapan kamu mulai sadar, ini adalah waktu yang panjang untuk hanya sebuah ketertarikan. Kemudian kamu mulai memberanikan dirimu dalam penantianku. Mulai mendatangiku dan berkata rindu. Mulai membangunkanku dan berbisik ini tidak lagi semu. Kita mulai tertawa bersama, aku tidak lagi tertawa sendiri di depanmu seperti dulu.

Waktuku berjalan begitu cepat denganmu, padahal belum semua isi dunia kita perbincangkan.

Aku telah tiba di waktu harus mengatakan semuanya padamu.
Ini sudah bukan waktu yang “terlalu cepat”.

Aku menyukaimu dari caramu membuatku tertawa.
Aku menyukaimu dari caramu membuat keadaan seolah hanya aku yang gila.
Aku menyukaimu dengan caramu menciptakan pertemuan pertama kita.
Aku menyukaimu dari selamat pagi dan malammu.
Aku menyukaimu dari argumen-argumen yang kita debatkan.
Aku menyukaimu dari caramu bercerita.
Aku menyukaimu dari caramu ingin tau.
Aku menyukaimu karena kamu tidak pernah membicarakan masa lalu lebih dulu.
Aku menyukaimu dari caramu menatapku.
Aku menyukaimu dari caramu melangkah mendahuluiku, seolah-olah kamu sedang memimpinku.
Aku menyukaimu dari caramu memberiku semangat, rasanya ingin setiap hari saja aku mengeluh.
Aku menyukaimu karena kamu memiliki banyak sekali cara untuk memaafkan salahku.
Aku menyukaimu dengan caramu menutupi cemburumu.
Aku menyukaimu dengan caramu menerima.
Aku menyukaimu dengan caramu bertanggung jawab pada amanah.
Aku menyukaimu sebelum dan setelah kamu tersenyum.
Aku menyukaimu dengan caramu memperhatikanku, kau lakukan itu diam-diam tapi aku tau.
Aku menyukaimu dari caramu rindu.
Aku menyukaimu dari caramu tertawa bersama orang tuaku.
Aku menyukaimu , aku benar-benar melakukannya. Semoga kamu percaya dengan air mata, karena mereka tidak bisa aku turut sertakan dalam tulisan ini.

Tapi aku bukan perempuan yang menyukaimu dengan sederet alasan. Aku menyukaimu. Aku hanya melakukannya, sebelum kamu tau alamat rumahku dan menjemputku untuk pertama kalinya.

Kamu sudah mewarnainya. Kamu sudah melakukannya dengan sempurna. Kita sudah menciptakan banyak iri dari orang lain. Mudah-mudahan aku sudah cukup baik, untuk kamu genggam tangannya ke jalan-jalan yang mempunyai lebih banyak warna.


Titisari.

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar