Untukku, Miliknya

June 29, 2018


Sebuah ruang menjadi dua, dipisahkan kaca, yang nyata.
Kamu, ada di sana, dengan sejuta rasa penuh tanda tanya.

Tanpa pernah mempersiapkan dan mempersilakan, kamu tiba-tiba memberi makna.
Aku—perempuan tak tahu malu—percaya, kita akan dijadikan pasangan oleh dunia.
Bahkan tak takut berjanji untuk menjadikanmu satu-satunya.
Karena kamu datang ke hadapanku dengan perasaan paling kuat dari siapa pun.
Mendebarkan dada lebih raya dari kapan pun.


Tapi, kenyataannya, kita adalah kesalahan yang paling berani. Mencelakai diri untuk bisa saling mencintai.
Barangkali, perasaan kita adalah apa yang tak terasa di dalam nadi. Tak peduli walau akhirnya kita akan mati karena pilihan kita sendiri.

Masa depan denganmu yang seharusnya kupeluk, menjadi sebatas bayangan samar-samar di ufuk.
Kita yang selalu ingin mendekat, terus-menerus kehabisan cara mengalahkan sekat.
Aku mencintaimu, dan kau pun begitu.
Tapi tak peduli sekuat apa ingin menyatu, kita tetap hanya sebatas aku dan kamu.
Saling melihat, tapi terhambat.
Seperti ini mungkin rasanya mencintai tapi tak ada perkenan untuk memiliki.
Karena meski aku yang menang dalam lomba, tetaplah dia yang jadi juara.
Meski aku yang berjuang mati-matian di dalam kaca, tetaplah dia yang hidup dalam sebuah kisah cinta.

Pada akhirnya, kita hanya sebatas “saling cinta” yang tak bisa berdua.
Pada akhirnya, hatimu—sekali lagi—tak bisa kuminta untuk selamanya ada.
Karena kamu datang dengan hati yang ingin tapi tak ingin.
Karena, kamu datang padaku sebagai milik orang lain.

  • Share:

You Might Also Like

11 komentar