Sebuah Jeda

February 24, 2018


Mungkin kini kita sedang berada di sebuah ruang kosong yang bernamakan ‘’jeda”. Tempat saat seluruh keinginan untuk berjalan berdua, terhenti sementara.
Saat kita tiba-tiba merasa ingin menggunakan sisa-sisa waktu untuk sendiri saja. Saat kita merasa ingin sejenak melepaskan beban memberi kabar atau semacamnya.

Mungkin kita tengah berada pada situasi ingin dimengerti tanpa harus mengerti. Ingin dipahami tanpa harus memahami.
Mungkin obrolan-obrolan kita sudah mulai basi. Atau mungkin ada sesuatu yang begitu mengganggu dan menuntut diri untuk mengistirahatkan hati.

Kita telah mempertemukan dua kekurangan dan sepakat untuk menutupinya dengan ketulusan. Dengan komitmen untuk terus berjalan walau sedang tercekik rasa bosan.
Jadi satu hal yang kupinta adalah, jangan pernah melangkah menjauh untuk meninggalkan. Walaupun di dalam hatimu kau merasa benar-benar ingin sendirian.

Sejak awal, dalam hubungan kita, apa yang tak bisa kita selesaikan?
Masalah seperti apa yang tak bisa kita pecahkan?
Bukankah kita ini berdua?
Bukankah aku ini masih ada?

Satu hal yang kupercaya saat perasaan kita tengah berjarak.
Kamu masih menjadi milikku meski ada sesuatu di dalam hati kita yang sedang memberontak.

Aku tahu kita tak benar-benar membuang muka. Karena sejatinya tangan kita selalu ingin menggenggam dan menjaga. Kurasa memang ini hanyalah sebuah jeda, untuk kita nanti kembali merangkai cerita.

Barangkali memang ada halaman yang harus kosong tanpa perlu diisi. Agar halaman-halaman yang telah dan akan kita penuhi, benar-benar memiliki arti.

Lalu jangan pernah jadikan kekuranganku sebagai alasanmu untuk pergi. Karena aku tak ingin menjadikan satupun kekuranganmu sebagai alasanku untuk berhenti mencintai.

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar